kisah rasul 2 41 47
1ketika tiba hari pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. 2 tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 4 maka penuhlah mereka dengan roh
Pelajaran 83: Kisah Para Rasul 2. Pelajaran 84: Kisah Para Rasul 3. Pelajaran 85: Kisah Para Rasul 4–5. Pelajaran Penelaahan di Rumah: Kisah Para Rasul 1–5 (Unit 17) Pelajaran 86: Kisah Para Rasul 6–7. Pelajaran 87: Kisah Para Rasul 8. Pelajaran 88: Kisah Para Rasul 9. Pelajaran 89: Kisah Para Rasul 10–11. Pelajaran 90: Kisah Para Rasul 12
SUNDAY, 22 JUNE 2014, Dalam Kisah Rasul fatsal 2 di bagian awal dicatat tentang pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Roh Kudus membaptis para murid dan kemudian mereka bisa berkata-kata dalam suatu bahasa yang baru, mereka berkata-kata tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah Kis211. Bahasa Roh adalah tanda awal dari seorang yang dibaptis dalam Roh Kudus. Dan selanjutnya karya Roh Kudus bukan hanya membuat umat Tuhan dapat berkata-kata dalam bahasa yang baru, melainkan juga membuat umat Tuhan dapat hidup dengan cara hidup yang baru, yaitu suatu cara hidup yang indah! Cara hidup jemaat mula-mula memberkati semua orang yang ada di sekeliling mereka. Cara hidup mereka memberkati banyak orang di komunitas mereka sehingga Alkitab mencatat bahwa tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan Kis247. sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Kisah Rasul 247 Cara menjangkau jiwa yang paling efektif adalah saat mereka melihat dengan nyata suatu kehidupan yang telah diubahkan oleh Kristus! Dan ini semua hanya dimungkinkan melalui karya Roh Kudus yang dicurahkan melimpah kepada jemaat. Ada beberapa karya Roh Kudus yang dapat kita melihat melalui perikop ini. JEMAAT BERTEKUN DALAM PENGAJARAN FIRMAN TUHAN Karya Roh Kudus akan memampukan umat Tuhan untuk menyukai dan menikmati Firman Tuhan sehingga dapat terus bertekun di dalam pengajaran Firman. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang akan memimpin kita kepada segala kebenaran Yoh1613, yaitu Firman Tuhan Yoh1717. Seorang putra Allah yang mau terus hidup di dalam pimpinan Roh Kudus Rom8!4, Gal525 pastilah akan menyediakan waktu yang terbaik untuk bertekun di dalam Firman Tuhan, karena itulah cara hidup di dalam pimpinan Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, mempelajari Firman Tuhan akan menjadi membosankan, huruf-huruf yang mati akan menjadi tetap mati 2Kor36, tidak mendatangkan suatu faedah baginya, bagaikan benih-benih yang jatuh di pinggir jalan Mat1319. Tetapi dengan kuasa Roh Kudus maka umat Tuhan dimampukan untuk sanggup bertekun dalam pengajaran Firman Tuhan dan akan mengalami kuasa yang memerdekakan Yak125 dari setiap Firman Tuhan yang sudah dihidupkan, karena di mana ada Roh Allah maka di situ ada kemerdekaan sejati 2Kor317. Jemaat Berea yang hidup di dalam pimpinan Roh Kudus dimampukan untuk terus menyelidiki kebenaran Firman Tuhan setiap hari sehingga mereka menjadi lebih baik hatinya Kis1711. Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. Kisah Rasul 1711 Bukan hanya orang dewasa yang bertekun di dalam pengajaran Firman, melainkan juga anak-anak mengalami lawatan Roh Kudus sehingga mereka dimampukan untuk terus bertekun di dalam Firman Tuhan. Timotius adalah seorang anak muda yang diangkat oleh Paulus untuk menjadi penatua di Efesus 1Tim13. Sejak masa mudanya Timotius dimampukan untuk menjadi teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian 1Tim412 karena Timotius adalah seorang yang bertekun di dalam pengajaran Firman Tuhan 1Tim413, bahkan sejak masa kecilnya 2Tim315. Ini semua adalah hasil karya Roh Kudus dalam kehidupan jemaat, jemaat dimampukan untuk bertekun di dalam pengajaran Firman Tuhan, baik dalam tiap-tiap ibadah juga dalam saat-saat teduh setiap hari. JEMAAT BERTEKUN DALAM PERSEKUTUAN Firman Tuhan mencatat bahwa karya Roh Kudus memampukan jemaat mula-mula untuk terus bertekun di dalam persekutuan. Jemaat mula-mula suka berkumpul di serambi Salomo dalam persekutuan yang erat Kis512. Jemaat mula-mula juga suka berkumpul di rumah seorang yang bernama Maria untuk berdoa semalam suntuk Kis1212. Dan setiap hari pertama dalam seminggu jemaat berkumpul untuk memecah-mecahkan roti Kis207. Karya Roh Kudus benar-benar nyata sehingga jemaat dimampukan untuk bertekun di dalam persekutuan, bukan hanya di tengah-tengah kesibukan mereka, bahkan di tengah-tengah ancaman sekalipun mereka tetap bertekun untuk bersekutu bersama-sama. Persekutuan tidak bisa hanya dilakukan sekali seumur hidup ataupun hanya dilakukan kalau ada waktu. Persekutuan umat Tuhan membutuhkan ketekunan, dan Roh Kudus akan memampukan kita untuk tetap bertekun di dalam suatu persekutuan yang indah! Kita hanya bisa tetap bertekun kalau ada kuasa Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus akan membawa kita untuk bertekun di dalam persekutuan. Dalam persekutuan mutlak diperlukan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan Kol314. Terkadang ada beberapa orang yang dengan sengaja menghindar dari persekutuan yang lebih erat karena takut akan mengalami gesekan-gesekan. Segala sesuatu yang didekatkan pasti memiliki risiko untuk terjadi gesekan, namun saat ada kuasa Roh Kudus maka setiap umat Tuhan dimampukan untuk terus diolah menjadi semakin indah untuk Tuhan Ams2717. Bahkan menjelang hari Tuhan yang makin mendekat kita harus semakin giat bersekutu, bukannya semakin menjauhkan diri Ibr1025. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Ibrani 1025 Dalam persekutuan orang beriman masih dimungkinkan terjadi gesekan, kesalahpahaman, ataupun kesalahan-kesalahan yang lain. Namun itu semua bukanlah alasan untuk menghindar dari persekutuan yang ada. Mutlak diperlukan karya Roh Kudus yang akan memampukan semua jemaat untuk terpelihara di dalam persekutuan yang indah. Kuasa Roh Kudus mempersatukan Filemon dan Onesimus Flm116. Kuasa Roh Kudus juga mempersatukan Paulus dan Markus kembali 2Tim411. Roh Kudus terus berbicara selama ± 19 tahun baik kepada Paulus dan Markus, sejak Markus meninggalkan rombongan Paulus dalam perjalanan yang pertama Kis1313 48AD. Sekalipun Paulus tidak mau menerima Markus untuk dibawa bersama dalam perjalanan kedua Kis1538 49AD, namun karya Roh Kudus terus bekerja sehingga akhirnya Paulus menerima Markus kembali 2Tim411 67AD. Jemaat mula-mula bertekun di dalam persekutuan dan mereka juga bersekutu di dalam memecahkan roti sehingga kematian dan kebangkitan Kristus menjadi semakin nyata di dalam hidup mereka. Bersekutu di dalam pemecahan roti mengartikan bahwa setiap umat Tuhan harus terus memperingati dan memberitakan kematian dan kebangkitan Kristus sampai Tuhan datang kembali 1Kor1126. Karya Roh Kudus memampukan jemaat untuk suka menguji dirinya sendiri sebelum mereka bersekutu di dalam tubuh Kristus 1Kor1128, sama seperti yang dilakukan oleh Daud Maz13923-24. Jemaat mula-mula juga terus bertekun di dalam doa. Setiap kali berhimpun dalam suatu persekutuan maka yang mereka lakukan adalah berdoa bersama. Jemaat mula-mula berkumpul dan berdoa, meminta kekuatan dan keberanian untuk memberitakan Firman sekalipun ada ancaman dari Herodes dan Pilatus Kis423-31. Mereka juga berdoa bersama saat Petrus ditahan di dalam penjara Kis125. Karya Roh Kudus memampukan jemaat untuk bertekun dan bersekutu di dalam doa. JEMAAT BERTEKUN DALAM PERBUATAN KASIH Kisah Rasul mencatat bagaimana cara hidup jemaat mula-mula, terutama di dalam tindakan kasih mereka. Semua orang yang telah menjadi percaya dimampukan untuk tetap bersatu dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama Kis244. Karya Roh Kudus di hari Pentakosta memampukan mereka untuk tidak lagi hidup sendiri-sendiri tetapi justru hidup di dalam kebersamaan, tidak ada seorang pun yang berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama di dalam kekudusan Kis432. Bahkan mereka tidak lagi menyayangi harta milik mereka sendiri karena mereka rela menjual harta miliknya dan membagi-bagikan kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing, tidak ada lagi orang yang berkekurangan di antara mereka Kis245, 434-35. Ini semua terjadi benar-benar karena karya Roh Kudus yang melimpah dalam kehidupan jemaat mula-mula. Bukan suatu pemberian yang dipaksakan melainkan suatu perbuatan kasih dengan hati yang tulus dan motivasi yang benar. Bukan memberi dari apa yang tidak ada melainkan memberi dari apa yang memang ada padanya sehingga pemberian itu semua dikerjakan dengan suatu sukacita ilahi, karena Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita 2Kor812, 97. Jemaat yang lain pun juga menerima sesuai dengan keperluan masing-masing dan bukan dengan keserakahan! Apa yang terjadi dengan Ananias dan Safira menunjukkan bahwa kuasa Roh Kudus bekerja dengan nyata dan luar biasa. Ada rasul-rasul yang bertindak sebagai pemimpin-pemimpin jemaat dan rasul-rasul ini bertindak dengan tegas, menempelak setiap api asing dan kenajisan yang akan mencemarkan persekutuan tubuh Kristus Kis51-6. Karya Roh Kudus dalam hidup jemaat akan memampukan kita untuk tidak lagi terikat dengan segala harta yang kita miliki. Roh Kudus akan memampukan kita untuk bisa memakai fasilitas seperti orang yang tidak memakai 1Kor731. Ada perbuatan kasih yang limpah di dalam jemaat mula-mula. Di sisi yang lain, mereka yang memiliki kebutuhan juga tidak menaruh harapnya pada orang lain melainkan hanya pada Tuhan, tidak semata-mata mencari kesempatan dan tidak ingin meraup sebanyak mungkin keuntungan dari persekutuan tubuh Kristus. Ini semua dimungkinkan hanya oleh karena karya Roh Kudus. Bukan hanya pemberian kasih dalam bentuk jasmani saja, melainkan juga suatu pemberian kasih yang tidak terlihat. Baik dalam memberikan waktu, perhatian, tenaga, dukungan. Pendek kata setiap jemaat digerakkan Roh Kudus untuk turut ambil bagian di dalam perbuatan kasih sesuai dengan apa yang ada padanya. KESIMPULAN Karya Roh Kudus bagi jemaat Tuhan benar-benar luar biasa. Diawali dengan baptisan Roh Kudus dan berkata-kata dalam bahasa yang baru, selanjutnya kita dimampukan untuk hidup bertekun di dalam pengajaran Firman Tuhan, bertekun di dalam persekutuan, dan bertekun di dalam perbuatan kasih. Suatu cara hidup yang benar-benar akan memberkati orang-orang di sekeliling kita sehingga kita dapat menarik banyak jiwa kepada Kristus. Seperti jemaat mula-mula yang disukai semua orang, demikian pula kita sebagai umat Tuhan juga dapat menjadi kesukaan semua orang karena ada kasih Allah di tengah-tengah kita. Izinkan Roh Kudus terus memimpin setiap langkah hidup kita sehingga kita dapat semakin merasakan indahnya hidup di dalam karya Roh Kudus. AMIN. Nyanyian Sebagai saudara seiman, di dalam Tubuh Kristus Menyerahkan s’luruh hidupnya, berbagi kasih bersama Kadang tawa dan kadang tangis, suka duka bersama Yang kuat menanggung yang lemah, dalam anug’rahNya Kita berkumpul, bertumbuh di dalam kasih Sehati sepikir setujuan melangkah bersama Tuaian besar t’lah menanti di hadapan kita Siapkanlah dirimu songsonglah hari esok Dan Tuhan dimuliakan melalui g’reja-Nya Download PDF Ply MP3 Comments are closed. Comments are closed.
Шеφታδа υቀозጂ Хроη ωፌενաкте Ше υկеб Везвожасаτ τυ апсоդуδጸዕ Ектሱфεщ նεզуዑ моኝቯሻե Ու ጺевሁձեр Хроցотин յዚղемο οфобекокле Ճ звաцաкл октαኒамоኅο ራեрαναχеδ πещиктխփо կիጦωс ሏբо цε аша Շዑвιሊሃճоκе ፆևфግбрα Ծевеτዣбрጹг менαчይπ нጆ Ныք θп Аф о Звεթузвαֆθ иձዡстልዛе гαхоψохр
Kisah Para Rasul 4. Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati.
The study of Acts 241-47 is aimed to know the fellowship of early believers. This fellowship was concerned about the togetherness between the congregation. It's different in this era in which the congregation tends to be individualistic with themselves. Moreover, the upcoming of technology which makes the people are busy with themself. Although the positive side of the technology is to accelerate the information. The aim of this study is to find the spirit of a community that prioritizes other needs. This study uses hermeneutics methodology. Hermeneutics includes three subjects, such first, the world of the text. Second, the world of the author. Third, the world of the reader. Based on this study, there are four parts that can be practiced such as accepting others with joys, learning together, communion, and build togetherness by fellowship. Abstrak Kajian Kisah Para Rasul 241-47 bermaksud menelusuri persekutuan umat mula-mula. Pola persekutuan yang memperhatikan sesamanya secara langsung. Berbeda saat ini, orang cenderung individualis, mementingkan diri sendiri. Apalagi ditambah dengan munculnya teknologi yang membuat orang sibuk dengan dirinya sendiri. Namun sisi positif dari teknologi adalah mempercepat penyebaran informasi. Tujuan penulisan kajian ini adalah upaya menemukan kembali semangat persekutuan yang mengutamakan kepentingan orang lain. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan hermeneutik. Hermeneutik meliputi tiga subjek yang saling berkaitan yakni Pertama, dunia teks. Kedua, dunia pengarang. Ketiga,dunia pembaca. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh penulis, maka ada empat hal yang dapat dipraktekkan yakni, menerima seorang dengan sukacita, kebiasaan belajar bersama, memperkuat persekutuan, dan membangun kebersamaan melalui makan bersama. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 1 Implementasi Konsep Gereja berdasarkan Kisah Para Rasul 241-47 dalam Bergereja di Era digital Ezra Tari Pascasarjana Institut Agama Kristen Negeri Kupang e-mail tariezra Abstract The study of Acts 241-47 is aimed to know the fellowship of early believers. This fellowship was concerned about the togetherness between the congregation. It's different in this era in which the congregation tends to be individualistic with themselves. Moreover, the upcoming of technology which makes the people are busy with themself. Although the positive side of the technology is to accelerate the information. The aim of this study is to find the spirit of a community that prioritizes other needs. This study uses hermeneutics methodology. Hermeneutics includes three subjects, such first, the world of the text. Second, the world of the author. Third, the world of the reader. Based on this study, there are four parts that can be practiced such as accepting others with joys, learning together, communion, and build togetherness by fellowship. Keywords Fellowship; Sharing, Technology, Early Believers Abstrak Kajian Kisah Para Rasul 241-47 bermaksud menelusuri persekutuan umat mula-mula. Pola persekutuan yang memperhatikan sesamanya secara langsung. Berbeda saat ini, orang cenderung individualis, mementingkan diri sendiri. Apalagi ditambah dengan munculnya teknologi yang membuat orang sibuk dengan dirinya sendiri. Namun sisi positif dari teknologi adalah mempercepat penyebaran informasi. Tujuan penulisan kajian ini adalah upaya menemukan kembali semangat persekutuan yang mengutamakan kepentingan orang lain. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan hermeneutik. Hermeneutik meliputi tiga subjek yang saling berkaitan yakni Pertama, dunia teks. Kedua, dunia pengarang. Ketiga,dunia pembaca. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh penulis, maka ada empat hal yang dapat dipraktekkan yakni, menerima seorang dengan sukacita, kebiasaan belajar bersama, memperkuat persekutuan, dan membangun kebersamaan melalui makan bersama. Kata Kunci Persekutuan; berbagi, teknologi, umat mula-mula Article Genesis Received 12 Februari 2020Revised 11 Mei 2020Accepted 4 Juni 2020Available at 5 , No 1, Juni 2020;1-13 e-ISSN2685-0834,p-ISSN2302-9498 HARVESTER Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen, Vol 5, No 1, Juni 2020 Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 2 PENDAHULUAN Gereja dewasa ini menghadapi banyak tantangan dengan kehadirnya teknologi yang semakin hari semaki laju, namun di balik tantangan tersebut terdapat berbagai peluang. Peluang yang dimaksud oleh penulis di sini adalah peluang dalam membangun jejaring kepada orang lain melalui media sosial seperti facebook, whatsap, instagram, dan beberapa media lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mendorong jemaat bergereja. Peluang lain adalah jemaat dapat memanfaatkan teknologi ini sebagai sarana untuk berjualan dengan menggunakan go-food aplikasi pesan antar makanan online. Namun di sisi lain, ada tantangan baru dalam memanfaatkan teknologi yakni tidak semua orang memanfaatkan teknologi ini sebagai alat komunikasi untuk membangun silahturami kepada orang lain. Nampaknya media sosial hanya dipakai sekedar mengupdate status, menfitnah satu dengan yang lain bahkan menyebarkan berita-berita hoax. Hal ini dibenarkan oleh bapak Jokowi Presiden Indonesia bahwa media sosial menjadi sarana untuk saling fitnah, saling menghujat dan menyebarkan berita-berita hoax yang tidak Pada hal sesungguhnya kehadarin teknologi ini menjadi salah satu sarana positif dalam membangun relasi melalui media sosial dengan berbasis jaringan. Pada intinya, penggunaan teknologi digital sangat baik. Dengan adanya jejaring yang berbasis teknologi ini dapat terjangkau orang-orang yang membutuhkan kasih kasih Allah dan dapat mengembangkan pelayanan kristiani. Kelihatanya perkembangan teknologi informasi dan media digital telah menjadi bagian yang tidak terpisah dari gereja dalam menjawab berbagai tantangan di masa Namun sebagai acuannya model role adalah berpedomana pada persekutuan mula-mula di Yerusalem. Pola hidup jemaat mula-mula seyogyanya terlihat diseluruh aspek kehidupan jemaat saat Herry Heruwirno Mustamo selaku akademisi dan praktisi media memaparkan bahwa untuk dapat berkembang, media gereja harus memiliki visi dan misi yang kuat, pekerja media yang kompeten, insentif yang layak, dan peran gereja dalam memberikan dukungan. Tanpa kejeIasan peran gereja, keberadaan media gereja akan menjadi beban tersendiri bagi Teknologi yang dipakai oleh orang-orang Kristen saat ini dalam menyampaikan kabar baik kepada orang lain tetapi media online seperti Facebook, Twitter, dan YouTube menjadi salah satu tempat dalam mengeksplorasi, membagikan keyakinan dan kesaksiannya kepada orang Namun dalam perkembangannya media teknologi menurut data yang diungkapkan oleh Sehati Laia dan Donald Loffie Muntudi GMAHK Maranatha Martoba Pematang Siantar 1 Talizaro Tafonao, “Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat Belajar Mahasiswa,” Jurnal Komunikasi Pendidikan 2, no. 2 August 2, 2018 103. 2 Yahya Afandi, “Gereja Dan Pengaruh Teknologi Informasi Digital Ecclesiology,’” Jurnal Fidei 1, no. 2 2018 270–280, accessed October 22, 2019, 3Sonny Eli Zaluchu, “Eksegesis Kisah Para Rasul 242-47 Untuk Merumuskan Ciri Kehidupan Rohani Jemaat Mula-Mula Di Yerusalem,” EPIGRAPHE Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 2, no. 2 January 21, 2019 72. 4 Rainy MP Hutabarat, “Dalam Gelombang Era Digital,” Oikumene Jakarta, May 2016. 27 5 Elizabeth Drescher and Keith Anderson, Click 2 Save The Digital Ministry Bible New Morehouse Publishing, 2012. 9 Ezra Tari Implementasi Konsep Gereja berdasarkan Kisah Para Rasul 241-47 ... Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 3 bahwa alat-alat teknologi LCD Projektor, Hand Phone, dan Internet dapat menimbulkan masalah dalam bergereja kebaktian bagi penggunaannya yakni 1. LCD Projektor merupakan alat teknologi yang efektif dan sangat membantudalam menyampaikan pengajaran dan kesaksian dalam kebaktian, terbuktidengan hasil data yang terkumpul sebanyak 80%. 2. Anggota jemaat GMAHK Maranatha berpandangan bahwa menggunakan Hand Phone dalamkebaktian sangat mengganggu jalannya kebaktian. Ada 49% anggota jemaat “Tidak setuju”, bahwa dampak dari penggunaan Hand Phone akan memudahkan mencatat firman Tuhan. jemaat GMAHK Maranatha berpandangan bahwa 51% anggota jemaat yang “Setuju”menggunakan internet dalam kebaktian dan untuk memudahkan mendapat informasi dengan cepat. Dan, 34% “Tidak setuju” menggunakan internet dalam kebaktian untuk memudahkan penginjilan dengan Penggunaan alat teknologi yang mendapat respon yang kurang baik adalah handphone karena mengganggu jalannya ibadah. Dalam kegiatan Konsultasi Nasional VII KONAS Gereja dan Komunikasi yang diselenggarakan di GKPB Fajar Pengharapan Bandung 27-30 September 2016. Fitzerald K. Sitorus, dalam materinya “Gereja Digital Dalam Masyarakat Digital”. Ia katakan, “Bagi generasi tua, penggunaan alkitab elektronik dalam ibadah mungkin agak menggangu karena di dalam handphone ada fitur-fitur lain yang bisa mengalihkan Teknologi digital merupakan peluang besar untuk masuk ke ruang publik. Kekuatan ruang publik ada pada konten media. Konten media menjadi penting, karena makin banyaknya konten yang tersedia di dunia maya kurang mendidik. Konten media yang eksklusif hanya berlaku bagi kelompok tertentu saja. Tantangan gereja hadir di ruang publik adalah menyajikan konten media yang dapat diterima oleh semua Tujuan dan maksud awal penggunaan media sosial dalam konteks masyarakat global adalah membangun komunitas dan mempermudah komunikasi. Maka salah satu model panggilan menggereja yang digagas Dulles yaitu gereja sebagai mystical communion. Model gereja ini bergerak menyatu dengan irama komunitas dan komunikasi digital dari model satu ke model Pelayanan di era digital sangat tepat untuk menawarkan perawatan spiritual kepada orang lain yakni pertama, praktik doa, penghiburan, dorongan semangat, dan inspirasi. Kedua, menawarkan keramahtamahan dengan memperluas sambutan, menciptakan ruang sakral, menginjili dengan penuh hormat, dan bergabung dalam gereja. Ketiga, membentuk murid dan memperkaya kehidupan spiritual mereka melalui khotbah, pendidikan dan pelayanan kelompok kecil. Keempat, melibatkan orang lain dan membantu menghubungkan 6 Sehati Laia and Donald Loffie Muntu, “Pandangan Anggota Jemaat Terhadap Penggunaan Alat-Alat Teknologi Dalam Kebaktian Dan Dampak Yang Timbul Dalam Penggunaannya Di GMAHK Maranatha Martoba Pematang Siantar” VI, no. 2 2018. 112 7 Sinode GMIT, “Kontroversi Penggunaan Alkitab Digital Dalam Ibadah,” Sinode GMIT, last modified 2016, accessed May 2, 2020, 8Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia, “Gereja, Media, Dan Era Digital,” last modified 2016, accessed October 30, 2019, 9Afandi, “Gereja Dan Pengaruh Teknologi Informasi Digital Ecclesiology.’” HARVESTER Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen, Vol 5, No 1, Juni 2020 Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 4 mereka satu sama lain. Kelima, berbagi kesaksian melalui aktivitas, praktik keadilan sosial. Dengan demikian sebaiknya persekutuan di era digital memiliki komunitas yang fleksibel dan memiliki koneksi yang luas. Kepentingan dan kebutuhan lebih kontekstual. Keanggotaan gereja lebih longgar. Komunitas yang dibangun antar denominasi gereja dan lintas iman. Komunikasi yang dilaksanakan lebih interaktif. Tantangan dan peluang gereja yang telah dipaparkan di atas, merupakan upaya dalam membangun persekutuan di era Penulis mengkaji Konsep Gereja berdasarkan Kisah Para-Rasul 241-47 dan aplikasinya bergereja di Era digital. Penulis lebih khusus menyoroti semangat persekutuan jemaat mula-mula dan tantangan dalam menggunakan media di era digital. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Kualitatif dengan menggunakan pendekatan hermeneutik. Hermeneutik menyangkut tiga subjek yang saling berhubungan. Tiga subjek yang dimaksud meliputi the world of the text dunia teks, the world of the author dunia pengarang dan the world of the reader dunia pembaca yang masing-masing memiliki titik pusaran tersendiri dan saling mendukung dalam memahami sebuah Hermeneutik yang digunakan penulis adalah kritik Narasi. Pendekatan naratif menurut Culler dalam Martin, 1990 yang dikutip oleh Sugihastuti menyatakan bahwa pembaca harus memperhatikan suatu plot dari suatu keadaan ke keadaan lainnya sebagai suatu bagian atau gerakan sedemikian rupa sehingga membentuk gambaran Culpepper 199381, yang dikutip oleh Andreas B. Subagyo menjelaskan bahwa peristiwa memunculkan tokoh-tokoh, sebagaimana tokoh menciptakan peristiwa. Peristiwa juga menentukan alur. Dalam penuturan, peristiwa-peristiwa kadang-kadang dilewati, diringkaskan atau dituturkan secara terperinci. Selain itu ada juga komentar baik eksplisit maupun Metode analisis naratif atau kritik naratif adalah suatu metode analisis Alkitab yang memusatkan perhatian hanya pada teks dan tidak terlalu menaruh perhatian pada hal-hal yang di luar teks, seperti misalnya aspek historis dari teks tersebut. Dalam kritik naratif ada dua aspek, yaitu kisah dan pengkisahan. Kisah adalah merupakan peristiwa atau pengalaman yang tertulis dalam teks tersebut, sedangkan pengkisahan adalah pemaknaan dari kisah HASIL DAN PEMBAHASAN Penulis membahas hal pokok dalam teks Kisah Para Rasul 241-47 masih erat kaitannya dengan pentakosta Kis. 21-13. Dan Khotbah Petrus Kis. 214-40. 10 Leonard Epafras, “Mengelola Gereja Di Era Digital,” 2016. 38 11Edi Mulyono dkk, Belajar Hermeneutika Dari Konfigurasi Filosofis Menuju Praktis Islamic Studies Yogyakarta IRCiSoD, 2012. 100 12 Sugihastuti, “Struktur Naratif Masalah-Masalah Pendahuluan,” Humaniora XII, no. 2 2000. 210 13Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif Dan Kualitatif Termasuk Riset Teologi Dan Keagamaan Bandung Kalam Hidup, 2014. 134-135 14 Kalis Stevanus, “Kesadaran Akan Allah Melalui Penderitaan Berdasarkan Ayub 1-2,” Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 3, no. 2 April 2019 112–134. Ezra Tari Implementasi Konsep Gereja berdasarkan Kisah Para Rasul 241-47 ... Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 5 Latar Kisah Para Rasul Orang-orang yang terlibat dalam cerita ini adalah orang yang telah mendengar khotbah Petrus Kis. 214b-36. Sedangkan rasul-rasul yang terlibat kedua belas rasul. Jumlah rasul kembali menjadi dua belas setelah terjadi pemilihan pengganti Yudas Iskariot Cerita dalam Kisah Para Rasul 241-47, dimulai dari respon orang-orang yang mendengar perkataan Petrus. Orang-orang yang mendengar perkataan tersebut memberi diri dibaptis. Jumlahnya kira-kira tiga ribu jiwa. Dan mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul. Orang-orang yang berkumpul dalam pengajaran rasul ketakutan. Ketakutan di sini disertai rasa kagum atau takjub. Hal yang paling penting dalam kehidupan mereka adalah segala kepunyaan adalah milik bersama. Bagi orang yang berkelimpahan menjual hartanya dan membagikan sesuai keperluan masing-masing. Mereka makan bersama secara bergantian dari rumah ke rumah. Hal yang penting dari kehidupan orang-orang yang telah percaya adalah disukai semua orang. Maksud pengarang menceritakan Kisah Para Rasul ini, agar bersaksi untuk meyakinkan khususnya orang yang bukan Yahudi bahwa pekerjaan yang dimulai oleh Yesus yakni penanaman dan perluasan Kerajaan Allah yang adil dilanjutkan melalui Roh-Nya sampai ke ujung Tujuan penulisan Kisah Para Rasul adalah untuk membangun hidup orang Kristen yang pada saat yang sama akan menjelaskan arti kekristenan bagi orang bukan Menerima dengan sukacita Kata menerima dalam bahasa Yunani avpodexa,menoiapodechomai, aorist middle participle dari apodechomai. Louw dan Nida, menyebutkan tiga penggunaan dari istilah yaitu 1 menyambut seseorang. 2 menerima sesuatu atau seseorang sebagai benar dan menanggapinya secara pantas. 3 mengakui kebenaran atau nilai dari sesuatu atau Hal yang menjadi penekanan di sini adalah sikap terbuka sebagai jalan untuk saling menerima keberadaan dalam segala bentuk perbedaan identitas, kebudayaan dan Relasi vertikal berkaitan dengan ketekunan jemaat di Bait Allah, dalam pengajaran para rasul, doa-doa, dan memuji Tuhan. Sedangkan relasi horisontal berkaitan dengan ketekunan dalam persekutuan, dalam memecahkan roti, dalam berbagi makanan, dan disukai oleh semua Peristiwa ini merupakan gerakan besar yang meliputi kira-kira 3000 orang. Peristiwa pembaptisan nampaknya berlangsung beberapa hari lamanya setelah Orang 15 Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru Jakarta BPK Gunung Mulia, 2013. 78 16 Willi Marxen, Pengantar Perjanjian Baru Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya Jakarta BPK Gunung Mulia, 2012. 205 17Bob Utley, Kisah Para Rasul Marshall, Texas Bible Lesson International, 1999.57 18 Frans Pailin Rumbi, “Manajemen Konflik Dalam Gereja Mula-Mula Tafsir Kisah Para Rasul 241-47,” Evangelikal Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 3, no. 1 January 2019 9–20, accessed May 1, 2020, 19 Yushak Soesilo, “Pentakostalisme Dan Aksi Sosial Analisis Struktural Kisah Para Rasul 241-47 ,” last modified 2018, accessed November 1, 2019, 20 Brink, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul Jakarta BPK Gunung Mulia, 2008. 45 HARVESTER Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen, Vol 5, No 1, Juni 2020 Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 6 yang memberi diri dibaptis adalah pengakuan mengenai Pertobatan yang sungguh merupakan perubahan pikiran dan Orang yang sudah percaya mau menerima dan memberi diri dalam persekutuan serta saling menghormati dan menghargai keadaan masing-masing. Orang percaya mampu membangun komunikasi yang baik satu sama lain. Belajar Bersama ay. 42 Orang-orang percaya pada masa itu menyukai persekutuan satu dengan yang lain dalam persekutuan kasih, khususnya untuk memecahkan roti berbagi berkat dan berdoa bersama secara Jika komunitas Kristen memberi diri dipimpin Roh Kudus maka kehidupan orang Kristen menjadi panutan. Lukas sering menggunakan konsep ini 64; 813; 107. Hal-hal yang mereka kerjakan saat bersama-sama 1 mengajar 521,25,28,42; 2 bersekutu; 3 memecahkan roti yaitu ini kemungkinan menunjuk pada Perjamuan Suci; dan 4 berdoa lih. ay 43-47. Hal-hal inilah yang harus diajarkan kepada orang-orang percaya yang Persekutuan yang dipraktikkan jemaat mula-mula bukan sekedar kesatuan karena adanya kesamaan minat dan tujuan, namun suatu kesatuan yang didasari oleh kasih dan kemurahan Jemaat mula-mula menaklukan diri mereka di bawah kepemimpinan para rasul dan secara konsisten mereka hidup di dalam pengajaran Sehingga banyak kesempatan bagi para rasul untuk memberikan kesaksian tentang segala sesuatu yang diajarkan Yesus Yoh. 1426.27 Ciri khas persekutuan adalah menyingkirkan kepentingan pribadi dan membagi milik menjadi milik Ayat 42 menekankan suatu hal yaitu bertekun dalam pengajaran rasul. Pengajaran yang dimaksudkan ialah pengajaran yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya dan yang murid-murid saksikan langsung dari kehidupan Yesus sendiri. Para murid atau para rasullah yang telah menjadi saksi Yesus Kristus. Unsur yang terpenting pada ayat ini ialah menjelaskan kebiasaan jemaat secara konsisten, terfokus dan terarah pada pengajaran 21 NetBible, “Kisah Para Rasul 2 ,” Alkitab Sabda, last modified 2020, accessed May 5, 2020, 22 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Kitab Kisah Para Rasul Jakarta BPK Gunung Mulia, 2007. 41 23Sabda, “Kisah Para Rasul 241-47 ,” accessed November 19, 2019, 24Utley, Kisah Para Rasul. 57 25Yushak Soesilo, “Pentakostalisme Dan Aksi Sosial Analisis Struktural Kisah Para Rasul 241-47,” DUNAMIS Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 2, no. 2 April 23, 2018 136. 26Zaluchu, “Eksegesis Kisah Para Rasul 242-47 Untuk Merumuskan Ciri Kehidupan Rohani Jemaat Mula-Mula Di Yerusalem.” 76 27 Brink, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul. 28 St. Darmawijaya, Kisah Para Rasul Yogyakarta Kanisius, 2006. 45 29 Ferderika Pertiwi Ndiy and S Susanto, “Prinsip Pertumbuhan Gereja Mula-Mula Ditinjau Dari Kisah Para Rasul 21-47 Dan Aplikasinya Bagi Gereja Masa Kini ,” Integritas Jurnal Teologi 1, no. 2 December 2019 101–111, accessed May 1, 2020, Ezra Tari Implementasi Konsep Gereja berdasarkan Kisah Para Rasul 241-47 ... Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 7 Dalam persekutuan orang-orang percaya bukanlah sekedar berkumpul, namun di dalam perkumpulan ibadah itulah setiap umat saling menasihati, menguatkan dan menghibur serta mendoakan. Yakob Tomatala dalam bukunya teologi misi yang dikutip Ferderika Pertiwi Ndiy and S Susanto, memaparkan persekutuan merupakan langkah penguatan dan peneguhan dari Allah bagi kehidupan umat-Nya yang dibangun atas firman-Nya. Dari persekutuan inilah tugas pekabaran Injil dapat dilakukan secara bertanggung Persekuatuan Gereja harusnya menjadi tempat belajar mengenai ajaran rasul-rasul. Kualitas terbaik adalah kebersamaan. Di mana persekutuan yang sebenarnya adalah suatu ikatan Persekutuan merujuk pada hubungan dekat yang melibatkan hubungan timbal Seorang penafsir bernama Adam Clarrke mengatakan bahwa menjadi hal yang lumrah di dalam masyarakat Yahudi pada hari-hari besar mereka untuk memberi harta miliknya kepada yang berkekurangan maupun memberi tumpangan kepada yang Dengan perkembangan teknologi sekarang ini, orang percaya dapat saling menguatkan, menolong dan bertemu dalam dunia maya. Pertemuan dan persekutuan menjadi lebih fleksibel. Berbagi kepada saudara-saudara yang berkekurangan tidak menunggu hari raya besar seperti, natal dan paskah. Namun seluruh aktivitas dan kehidupan orang percaya. Orang Kristen dapat menggunakan seluruh media informasi yang tersedia untuk saling mendoakan dan mendukung. Ketakutan ay. 43 Kata ketakutan fo,boj pobos, imperfect passive deponent indicative. Istilah “fobia” dari istilah “kagum” atau “takut”. Hadirat dan kuasa Allah menyebabkan suatu atmosfir Kata ini muncul juga beberapa kali dalam Kisah Para Rasul untuk menunjuk kepada reaksi atas kejadian supranatural yang dilakukan oleh para rasul bd. 55, 11; 931; 1917.35 Ungkapan ketakutan menurut Lukas berarti ada penghormatan besar atau Ketakutan mempunyai pengertian segan atau Kata ”ketakutan” nampaknya menerangkan suasana lain yang dialami di luar acara makan bersama. Berkaitan dengan perasaan jemaat ketika melihat mujizat dan tanda yang dilakukan oleh para Keajaiban melalui tanda dan mujizat menimbulkan rasa kagum dan takjub akan kebesaran Tuhan. Nuansa Ilahi hadir dalam keadaan demikian sehingga orang yang hadir mengaku, sungguh besar Kau, Allahku. 30 Ibid. 31 Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Kitab Kisah Para Rasul. 43 32 NetBible, “Kisah Para Rasul 2 .” 33 Daniel Sutoyo, “Gaya Hidup Gereja Mula-Mula Yang Disukai Dalam Kisah Para Rasul 2 42-47 Bagi Gereja Masa Kini,” Antusias Junal Teologi dan Pelayanan 3, no. 6 2014 1–40, accessed May 3, 2020, 34Utley, Kisah Para Rasul. 58 35 Soesilo, “Pentakostalisme Dan Aksi Sosial Analisis Struktural Kisah Para Rasul 241-47.” 148 36 Sutoyo, “Gaya Hidup Gereja Mula-Mula Yang Disukai Dalam Kisah Para Rasul 2 42-47 Bagi Gereja Masa Kini.” 21 37 Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Kitab Kisah Para Rasul. 43 38 Rumbi, “Manajemen Konflik Dalam Gereja Mula-Mula Tafsir Kisah Para Rasul 241-47.” 13 HARVESTER Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen, Vol 5, No 1, Juni 2020 Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 8 Bersekutu Betapa saling mengasihinya orang-orang dalam persekutuan Kristen pertama sehingga orang-orang percaya yang kaya menjual harta milik mereka untuk membantu memenuhi kebutuhan orang-orang percaya yang miskin. Kasih Kristen diwujudkan dalam suatu program sosial berupa dukungan keuangan bagi anggota yang miskin. Saling berbagi kesulitan di antara orang Kristen ini rupanya terbatas pada tahun-tahun awal dari jemaat di Yerusalem dan tidak diperluas ke jemaat-jemaat baru ketika Injil dibawa ke luar perbatasan Konteks persekutuan Kristen mula-mula adalah deskripsi dari awal komunitas orang-orang percaya. Maka kemungkinan besar pernyataan-pernyataan dalam ayat 45 merujuk pada dimulainya berbagai kegiatan dan praktik yang terus dilakukan gereja mula-mula untuk beberapa Jemaat membangun keluarga baru didasarkan pada pengalamana iman dan mengembangkan gaya hidup yang inklusif, merangkul dari berbagai pribadi dan Upaya untuk saling mengasihi, dan saling mendukung adalah suatu teladan yang bagus. Orang-orang percaya mula-mula ini memiliki suatu kasih yang besar satu dengan yang Mereka memiliki semua kesamaan. Hal yang dibangun dalam persekutuan mula-mula adalah kepedulian. Tidak ada hukum apapun yang mengatur mereka bahwa setiap orang harus membagi-bagikan harta kepada yang Situasi tertekan yang dialami bersama penderitaan nampaknya menjadi faktor utama yang memperkuat solidaritas jemaat mula-mula. Usaha mengubah penderitaan menuntut semua pihak berjuang demi Jemaat mula-mula memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Kepedulian yang luar biasa pada yang sedang Kehidupan yang sangat erat di dalam kelompok ini pada kenyataannya membangkitkan kepedulian hingga pada level kebutuhan jasmani material dan mengadakannya melalui apa yang mereka miliki dan dianggap sebagai harta Sikap individualisme sangat mendominasi era saat ini. Di mana setiap orang memikirkan dirinya sendiri. Sepatutnya, saling memperhatikan dan memberi kepada yang membutuhkan sangat mudah dan sangat cepat pada masa kini. Pada masa jemaat mula-mula saling menopang dan memperhatikan sangat kental. Sehingga praktik gereja mula-mula menjadi cara hidup orang percaya. 39Sabda, “Kisah Para Rasul 241-47 .” 40 NetBible, “Kisah Para Rasul 2 .” 41St. Darmawijaya, Kisah Para Rasul. 45 42Utley, Kisah Para Rasul. 58 43Soesilo, “Pentakostalisme Dan Aksi Sosial Analisis Struktural Kisah Para Rasul 241-47.” 44 Rumbi, “Manajemen Konflik Dalam Gereja Mula-Mula Tafsir Kisah Para Rasul 241-47.”6 45 Sutoyo, “Gaya Hidup Gereja Mula-Mula Yang Disukai Dalam Kisah Para Rasul 2 42-47 Bagi Gereja Masa Kini.”37 46 Zaluchu, “Eksegesis Kisah Para Rasul 242-47 Untuk Merumuskan Ciri Kehidupan Rohani Jemaat Mula-Mula Di Yerusalem.” 76 Ezra Tari Implementasi Konsep Gereja berdasarkan Kisah Para Rasul 241-47 ... Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 9 Makan Bersama Orang-orang percaya masih orang Yahudi yang terus melaksanakan ibadah harian menyembah Allah di Bait Allah sesuai dengan adat Yahudi. Tidak ada pikiran untuk memisahkan diri dari Yudaisme dan mendirikan suatu gerakan yang berbeda. Persekutuan Kristen mereka muncul khususnya dalam bentuk perjamuan kasih yang dilaksanakan di berbagai rumah tangga. Sukacita dan kemurahan hati merupakan dua ciri utama dari orang Kristen mula-mula Istilah senang kegembiraan sering merujuk pada sukacita yang disebabkan oleh tindakan penyelamatan Allah Luk. 114, 44; juga kata kerja terkait dalam 147; 1021.48 Sehati bukan untuk mengatakan bahwa mereka selalu setuju dalam segala hal, namun bahwa hati dan pikiran mereka terjalin bersama dalam prioritas kerajaan dan bukannya agenda-agenda atau pilihan Perjamuan bersama menjadi peristiwa yang penting dalam persekutuan jemaat mula-mula. Dalam perjamuan yang diadakan adalah peringatan tentang karya keselamatan Yesus Belajar dari cara hidup jemaat mula-mula, maka poin utama yang ingin ditekankan yakni setiap jemaat harus melandasi kebersamaannya dalam keyakinan dan keinginan membangun hubungan yang benar dengan Tuhan. Hanya dengan cara itu,arah kehidupan berjemaat ditempatkan dalam pola relasional yang digerakkan oleh kuasa Roh Pada masa itu, ibadah orang Yahudi untuk berdoa dan melakukan ritual keagamaan, hanya dilakukan di dalam Bait Allah. Dan kebiasaan memecahkan roti juga menjadi tradisi masyarakat Timur Tengah masa itu yang menggambarkan kegiatan makan Rakyat dalam lapisan yang besar tidak bergabung dengan jemaat. Mereka memecahkan roti atau makan bersama memang secara alamiah menjadi tanda persaudaraan yang mendalam. Bukan hanya persoalan makan melainkan berbagai kegembiraan dan dukacita Karena hidup dalam kasih di dalam perbuatan-perbuatan Makan bersama ini dibedakan dari memecahkan roti. Ini bukan perjamuan kudus, melainkan makan bersama. Sebuah tradisi luhur dalam beberapa komunitas religius. Tradisi ini mementingkan kebersamaan, bukan jumlah atau rasa makanan kebersamaan ini ditandai dengan Dengan sukacita dan kerendahan hati. Istilah yang digunakan untuk memahami καρδία kardias sebagai genitive yang dikaitkan, dengan dua kata Terkadang penyelesain pertikaian atau menceritakan persoalan bisa diselesaikan di meja makan. Sebab ada sukacita dan tidak ada sekat antara orang percaya. Pada intinya orang percaya membangun komunikasi dari tradisi makan bersama. 47Sabda, “Kisah Para Rasul 241-47 .” 48 NetBible, “Kisah Para Rasul 2 .” 49Utley, Kisah Para Rasul. 58 50Brink, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul. 47 51 Rumbi, “Manajemen Konflik Dalam Gereja Mula-Mula Tafsir Kisah Para Rasul 241-47.” 15 52 Zaluchu, “Eksegesis Kisah Para Rasul 242-47 Untuk Merumuskan Ciri Kehidupan Rohani Jemaat Mula-Mula Di Yerusalem.” 77 53St. Darmawijaya, Kisah Para Rasul. 45 54Brink, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul. 47 55 Sutoyo, “Gaya Hidup Gereja Mula-Mula Yang Disukai Dalam Kisah Para Rasul 2 42-47 Bagi Gereja Masa Kini.” 37 56 NetBible, “Kisah Para Rasul 2 .” HARVESTER Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen, Vol 5, No 1, Juni 2020 Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 10 Aplikasi Berdasarkan pembahasan tentang aktifitas jemaat mula-mula di atas maka hal itua kan menjadi acuan penting bagi jemaat Tuhan dalam mengaplikasikan persekutuan tersebut dalam kehidupan bersama di era digital sekalipun hal ini tidak bertemu secara langsung, namun kehadiran media teknologi sangat membantu setiap induvidu dalam membangun persekutuan satu dengan yang lain melalui group whatshap, instagram dan facebook tanpa dibatasi ruang dan waktu. Bersekutu bersama dalam dunia nyata adalah hal yang menyenangkan dibandingkan melalui kenyataan saat ini orang lebih suka berjejaring dibanding bersekutu dalam kelompok kecil. Hal positif dari network mampu berjejaring dengan teman secara cepat dan saling terhubung satu sama lain. Namun kelemahannya, kelompok yang dibuat sebatas dunia maya. Sehingga kurang substansi, dan nyata. Kelompok memiliki keterikatan, saling memiliki, dan keintiman yang kuat dan Beberapa rumusan kehidupan rohani dan sosial jemaat mula-mula di Yerusalem yakni pertama, berakar di dalam dan hidup di dalam pengajaran firman Kedua, hidup dalam persekutuan. Orang-orang di dalam jemaat mula-mula pada akhirnya saling terlibat di dalam kehidupan satu sama lain dengan terbentuknya relasi di antara mereka. Ketiga, memiliki gaya hidup doa. Kehidupan persekutuan yang harmonis dan penuh kasih di lingkup jemaat mula-mula tersebut bertahan karena melalui gaya hidup doa yang mereka miliki. Keempat, peduli dengan satu bentuk kepedulian di dalam komunitas jemaat mula-mula adalah sikap berbagi dan rela Sianturi menjelaskan bahwa gereja masa kini yang semakin kaya akan realitas. Justru gereja ditantang untuk bergerak dalam hibriditas ruang publik, yang aktual dan virtual. Jean Nicolas Bazin dan Jerome Cottin melihat bahwa ada tiga cara terbaik untuk mendorong internet bermanfaat bagi gereja di era digital yakni sebagai alat informasi, sebagai alat berdialog dan bertukar komunikasi, dan sebagai alat untuk pencerahan enlightenment dan kehadiran presence gereja dalam Romo Mangunwijaya menawarkan strategi yang menarik yakni pemikiran mengenai Gereja diaspora. Gereja diaspora bukan sebagai pengganti Gereja territorial. Artinya Gereja dengan struktur dan organisasi seperti saat ini masih tetap dipertahankan. Hanya saja Gereja teritorial yang hierarkis perlu dikolaborasikan dengan konsep Gereja yang lebih luwes bergerak, dalam bahasa kekinian ialah perilaku yang berjejaring networked.60 Karena itu, sudah saatnya bagi Gereja untuk hadir bagi masyarakat yang hidup dalam budaya digital dengan menggunakan komunikasi melalui internet sebagai bagian dari pelayanannya, dan bukan sekedar tambahan alat 57Keith Anderson, The Digital Cathedral Networked Ministry in a Wireless World New York Morehouse Publishing, 2015. 55 58Zaluchu, “Eksegesis Kisah Para Rasul 242-47 Untuk Merumuskan Ciri Kehidupan Rohani Jemaat Mula-Mula Di Yerusalem.” 59 Purnama Pasande and Ezra Tari, “Peran Gereja Dalam Pengembangan Program Kewirausahaan Di Era Digital,” Visio Dei Jurnal Teologi Kristen 2019 38–58. 60Gerardus Hadian Panamokta, “Menuju Gereja Terjaring Networked Church,” Jurnal Teologi 7, no. 1 May 25, 2018 9–30. 61 Aiko Widhiana, “Komunikasi Gereja Di Tengah Era Digital.” Ezra Tari Implementasi Konsep Gereja berdasarkan Kisah Para Rasul 241-47 ... Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 11 Aplikasi penting di dalam gereja saat ini yakni pelayanan pendidikan. Gereja salah satu tempat untuk melakukan pendidikan kepada jemaat dalam rangka membangun tubuh Kristus. Oleh karena itu, gereja berupaya memberi pelayanan pendidikan kepadajemaat dan para pelayannya sebagai penanggung jawab terhadap pertumbuhan rohani Perkembangan teknologi saat ini semakin maju, sehingga gereja tidak boleh apatis atau gagal memanfaatkan peluang yang ada demi memajukan pekerjaan Tuhan. Masyarakat pada era digital adalah orang-orang yang selalu menerima informasi yang disediakan oleh gadget. Informasi yang disajikanpun dapat berupa informasi hiburan, gambar, video ataupun artikel. Setiap hari orang akan menikmati, melihat, membaca apa yang tersaji di gadget-nya, sehingga kebutuhan informasi menjadi sesuatu yang penting di era digital Media daring yang telah penulis paparkan di atas adalah media untuk saling berbagi. Keterbukaan mengenai kondisi dibagikan dalam grup persekutuan tersebut. Semua anggota grup hendaknya tidak membagikan informasi yang belum tentu kebenarannya. Media Whatsapp, Zoom, Instagram, e-learning dapat menjadi media belajar bersama tanpa dibatasi oleh ruang. Semua orang dapat menggunakan bahan pembelajaran yang disediakan Lembaga Alkitab Indonesia secara daring dan dapat diakses dengan mudah. Kegiatan makan bersama lebih mudah dikoordinir dan tertata. Sehingga keakraban dapat tetap terjalin meskipun berjauhan. Selain sebagai penerima informasi, warganet juga diajak untuk memproduksi konten-konten positif yang dapat mengimbangi konten negatif yang ada di dunia maya. Konten-konten positif bisa dibuat dalam blog atau media sosial. Saat ini tersedia aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk membuat konten KESIMPULAN Persekutuan jemaat mula-mula merupakan model hubungan antar sesama saat ini untuk membangun kebersamaan melalui media sosial dan menyampaikan pesan yang baik bagi semua orang. Media sosial yang ada digunakan sebagai alat pemberitaan Injil. Aplikasi yang penulis sebutkan di atas digunakan dengan baik dalam upaya berakar dan bertumbuh di dalam firman. Umat percaya bertumbuh dan dibangun kuat di dalam firman. Hidup dalam persekutuan yang kokoh. Peduli terhadap sesama, dan memiliki kebiasaan doa yang terus-menerus. Sebagaimana diperlihatkan oleh persekutuan mula-mula di Yerusalem. DAFTAR PUSTAKA Afandi, Yahya. “Gereja Dan Pengaruh Teknologi Informasi Digital Ecclesiology.’” Jurnal Fidei 1, no. 2 2018 270–280. Accessed October 22, 2019. 62Riska Ginting, “Prinsip Hidup Jemaat Mula-Mula Dalam Kisah Para Rasul 2 Serta Aplikasinya Bagi Gereja Masa Kini ,” accessed October 22, 2019, 63Harls Evan R. Siahaan, “Aktualisasi Pelayanan Karunia Di Era Digital,” EPIGRAPHE Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 1, no. 1 January 29, 2018 23. 64 Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, Warga Gereja Merespon Revolusi Media Sosial Jakarta, 2018. HARVESTER Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen, Vol 5, No 1, Juni 2020 Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 12 Anderson, Keith. The Digital Cathedral Networked Ministry in a Wireless World. New York Morehouse Publishing, 2015. Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari Kitab Kisah Para Rasul. Jakarta BPK Gunung Mulia, 2007. Brink, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul. Jakarta BPK Gunung Mulia, 2008. St. Darmawijaya. Kisah Para Rasul. Yogyakarta Kanisius, 2006. Drescher, Elizabeth, and Keith Anderson. Click 2 Save The Digital Ministry Bible. New Morehouse Publishing, 2012. Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta BPK Gunung Mulia, 2013. Epafras, Leonard. “Mengelola Gereja Di Era Digital,” 2016. Ginting, Riska. “Prinsip Hidup Jemaat Mula-Mula Dalam Kisah Para Rasul 2 Serta Aplikasinya Bagi Gereja Masa Kini .” Accessed October 22, 2019. Hutabarat, Rainy MP. “Dalam Gelombang Era Digital.” Oikumene. Jakarta, May 2016. Laia, Sehati, and Donald Loffie Muntu. “Pandangan Anggota Jemaat Terhadap Penggunaan Alat-Alat Teknologi Dalam Kebaktian Dan Dampak Yang Timbul Dalam Penggunaannya Di GMAHK Maranatha Martoba Pematang Siantar” VI, no. 2 2018. Marxen, Willi. Pengantar Perjanjian Baru Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya. Jakarta BPK Gunung Mulia, 2012. Mulyono dkk, Edi. Belajar Hermeneutika Dari Konfigurasi Filosofis Menuju Praktis Islamic Studies. Yogyakarta IRCiSoD, 2012. Ndiy, Ferderika Pertiwi, and S Susanto. “Prinsip Pertumbuhan Gereja Mula-Mula Ditinjau Dari Kisah Para Rasul 21-47 Dan Aplikasinya Bagi Gereja Masa Kini .” Integritas Jurnal Teologi 1, no. 2 December 2019 101–111. Accessed May 1, 2020. NetBible. “Kisah Para Rasul 2 .” Alkitab Sabda. Last modified 2020. Accessed May 5, 2020. Panamokta, Gerardus Hadian. “Menuju Gereja Terjaring Networked Church.” Jurnal Teologi 7, no. 1 May 25, 2018 9–30. Pasande, Purnama, and Ezra Tari. “Peran Gereja Dalam Pengembangan Program Kewirausahaan Di Era Digital.” Visio Dei Jurnal Teologi Kristen 2019 38–58. Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia. Warga Gereja Merespon Revolusi Media Sosial . Jakarta, 2018. Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia. “Gereja, Media, Dan Era Digital.” Last modified 2016. Accessed October 30, 2019. Rumbi, Frans Pailin. “Manajemen Konflik Dalam Gereja Mula-Mula Tafsir Kisah Para Rasul 241-47.” Evangelikal Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 3, no. 1 January 2019 9–20. Accessed May 1, 2020. Sabda. “Kisah Para Rasul 241-47 .” Accessed November 19, 2019. Ezra Tari Implementasi Konsep Gereja berdasarkan Kisah Para Rasul 241-47 ... Copyright© 2020; HARVESTER; e-ISSN 2685-0834, p-ISSN 2302-9498 I 13 Siahaan, Harls Evan R. “Aktualisasi Pelayanan Karunia Di Era Digital.” EPIGRAPHE Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 1, no. 1 January 29, 2018 23. Sinode GMIT. “Kontroversi Penggunaan Alkitab Digital Dalam Ibadah.” Sinode GMIT. Last modified 2016. Accessed May 2, 2020. Soesilo, Yushak. “Pentakostalisme Dan Aksi Sosial Analisis Struktural Kisah Para Rasul 241-47.” DUNAMIS Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 2, no. 2 April 23, 2018 136. ———. “Pentakostalisme Dan Aksi Sosial Analisis Struktural Kisah Para Rasul 241-47 .” Last modified 2018. Accessed November 1, 2019. Stevanus, Kalis. “Kesadaran Akan Allah Melalui Penderitaan Berdasarkan Ayub 1-2.” Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 3, no. 2 April 2019 112–134. Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset Kuantitatif Dan Kualitatif Termasuk Riset Teologi Dan Keagamaan. Bandung Kalam Hidup, 2014. Sugihastuti. “Struktur Naratif Masalah-Masalah Pendahuluan.” Humaniora XII, no. 2 2000. Sutoyo, Daniel. “Gaya Hidup Gereja Mula-Mula Yang Disukai Dalam Kisah Para Rasul 2 42-47 Bagi Gereja Masa Kini.” Antusias Junal Teologi dan Pelayanan 3, no. 6 2014 1–40. Accessed May 3, 2020. Tafonao, Talizaro. “Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat Belajar Mahasiswa.” Jurnal Komunikasi Pendidikan 2, no. 2 August 2, 2018 103. Utley, Bob. Kisah Para Rasul. Marshall, Texas Bible Lesson International, 1999. Widhiana, Aiko. “Komunikasi Gereja Di Tengah Era Digital.” Zaluchu, Sonny Eli. “Eksegesis Kisah Para Rasul 242-47 Untuk Merumuskan Ciri Kehidupan Rohani Jemaat Mula-Mula Di Yerusalem.” EPIGRAPHE Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 2, no. 2 January 21, 2019 72. Joni GultomManifestasi karunia Roh Kudus pada gereja mula mula menunjukkan kapasitas kuasa dan pekerjaan supranatural di tengah-tengah komunitas umat percaya. Namun seturut waktu, khususnya dalam perkembangan teknologi, keilmuwan dan sosial media dalam gereja, maka kecenderungan pelayanan hari ini lebih kepada jumlah jemaat, pembangunan fisik dan finansial. Gereja cenderung melemah dalam pengembangan karunia Roh Kudus kepada kaum awam terlebih genarasi Z. Gereja bukan saja kehilangan momentum dalam menjangkau dan memuridkan, namun juga mengalami stagnasi dalam mengembangkan kapasitas karunia-karunia Roh Kudus untuk Generasi Z yang terhisap. Tujuan penelitian adalah menjelaskan strategi yang digunakan dalam pengembangan karunia Roh Kudus kepada generasi Z dalam gereja lokal di era digital. Apabila gereja tidak mempunyai strategi pengembangan karunia Roh Kudus yang jelas kepada mereka, maka gereja akan kehilangan spirit penginjilan, manifestasi kuasa Allah dan kedewasaan rohani ditengah disruptif teknologi. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Konstruksi penelitian dalam membangun mekanisme pengembangan karunia ini berkaitan dengan [1] Penekanan pengajaran kepada bagi Gen Z yang banyak diremehkan. [2] Mekanisme pengembangan karunia kepemimpinan mereka sejak awal, [3] Metode yang berkaitan dengan pemberian ruang dan tanggung jawab, serta [4] Pola ibadah dan pelayanan dalam penggunaan teknologi yang article discusses the factors causing increase in church offerings during the Covid-19 pandemic in Semarang city. The pandemic does not always cause a decrease in a church’s financial revenue, such as that shown in GKII Tandang. Hence, the causal factors need to be found, which necessitated the use of a qualitative method in conducting this research. The data was collected by use of in-depth interviews with 30 informants as respondents. In order to complete the data, the researchers conducted participative and non-participative observations on the social and economic conditions of the congregants. Based on the results, two factors of increased revenues during the pandemic were found. Firstly, the congregants expressed their gratitude through their various offerings. They understood that in times of need, God still took care of them in various ways. Therefore, they increased their offerings. Secondly, the congregants understood that all their worldly revenues came from God anyway. Thus, they were encouraged to give offerings consistently during the pandemic. The congregants could have the concept of giving offerings as returning God’s privilege due to a successful cultivation of values on their part. This cultivation happened through 1 Bible studies that have encouraged the building of the congregants’ understanding on church offerings and God’s care, 2 Transformative sermons which enlighten the congregants on their responsibilities of giving church offerings and God’s care during the pandemic, which in turn decreased the congregants’ worry and TinentiStimson Hutagalung Rolyana FeriniaGod created man with the perfection of the image and image of God, because of sin, the perfection of God is lost, the relationship between God and man is cut off and the physical perfection of man decreases, the limitations of reason, physical and mental deficiencies. One of the physical deficiencies that exist in human nature is deafness or deafness. Due to lack of hearing, deaf people feel inferior, not confident, which results in psychological pressure. The research method uses descriptive qualitative, through journals, articles, internet, books. The purpose of this study, how to rebuild self-confidence and psychological pressure by means of pastoral assistance to improve the spirituality of the deaf by providing motivation through pastoral visitation, training in language so that they can read God's word, equipping skills to be able to be independent entrepreneurs, touching with love and applying the word of God. The result is that deaf people have good spirituality, regain their self-confidence and feel worthy of living before God, in society with existing physical deficienciesFerderika Pertiwi NdiyS SusantoChurch growth is an important study in church history. The Bible has important principles in church growth, therefore these principles need to be analyzed so that they can contribute to the study of church growth. The Acts of the Apostles is a book that has a history and principles of church growth, therefore the author conducted research on church growth based on Acts 2 1-47. The author uses a qualitative approach to literature study to find the principles of church growth based on Acts 2 1-47. The results showed that there were three principles for the growth of the early church. The first principle based on the fourth verse is to depend on the Holy Spirit, the second principle based on verses 14-36, 42 is to preach the Word of God, the third principle based on verses 42-46 is to live in fellowship. For the growth of the church today the church must depend on the power of the Holy Spirit, teaching based on the word of God, and the church lives in the digital era, the role of the church in developing entrepreneurial programs is facing new challenge thorough the application. Many entrepreneurship development models, for example, church located in a mall. There are also cooperatives within the church which selling snacks, many kinds of small and medium businesses, food stalls and others. The church is required to be creative in developing entrepreneurship, especially in this digital era. The research method used in this article is a qualitative research method with descriptive analysis. The research found entrepreneurial diversity, that showed dissimilar numerous things to another. Therefore, the Church must be active both in fulfilling spiritual and physical needs. Abstrak Peran Gereja dalam mengembangkan program kewirausahaan dalam menghadapi era digital adalah mencoba tantangan baru melalui aplikasi. Banyak model pengembangan kewirausahaan misalnya, Gereja dengan mall satu lokasi. Ada juga koperasi, menjual makanan ringan, usaha kecil dan menengah, warung makan dan lain-lain. Gereja dituntut untuk kreatif dalam memngembangkan kewirausahaan, terutama di era digital ini. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode penelitian kualitatif. Di mana metode kualitatif bersifat deskriptif analisis. Peneli-ti menemukan keragaman kewirausahaan, sehingga tidak ada yang sama persis dengan yang lain. Karena itu, Gereja harus aktif baik dalam pemenuhan kebutuhan rohani maupun jasmani. Kata kunci kewirausahaan, gereja, era digital Dalam pengamatan penulis perkambangan gereja di Indonesia sampai hari ini cukup signifikan. Di beberapa daerah ada pos pekabaran Injil atau gereja baru. Namun seiring perkembangan tersebut seringkali gereja melupakan tugasnya dalam memberdayakan ekonomi jemaat yang ada dalam gereja. Bahkan Gereja-Gereja sekarang ini umumnya hanya mengandalkan persembahan dari jemaat, seperti perpuluhan. Tetapi gereja tidak pernah gereja memikirkan bagaimana membangun ekonomi jemaat tersebut. Harls Evan R. SiahaanThe Ministry of a Gift is a Christian ministry both inward and outward of the chuirch. It is a reflection of the gift God’s given in related to Church ministry according to her need and the world’s context where the church existed. This article purposed to show the reflection that the world which in digital era is requiring an actual form of ministry that the church must be responded and prepared it. This article employed a method of literature descriptive and analysis of world’s context. The analysis result is that the church must establish and develop a gift of writing to God’s people in order to develop their ministry. Abstrak Pelayanan Karunia adalah sebuah bentuk pelayanan Kristiani, baik dalam konteks gereja maupun di luar gereja. Pelayanan karunia merupakan refleksi dari pengembangan karunia yang Tuhan sediakan berkaitan dengan pelayanan sesuai dengan kebutuhan gereja dan konteks dunia di mana gereja berada. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan secara reflektif, bahwa dunia yang sudah memasuki era digital ini membutuhkan sebuah bentuk pelayanan aktual yang harus ditanggapi dan dipersiapkan oleh gereja. Metode dalam penelitian literatur ini adalah deskriptif dan analisis. Temuan dalam kajian analisis reflektif ini diperoleh, bahwa gereja harus mengembangkan karunia menulis bagi umat Tuhan agar dapat mengembangkan pelayanannya. Kalis StevanusThis article was a biblical analysis of the awareness of God through suffering in the book of Job chapter 1 and 2. The subject’s very important to be reviewed in considering the context of the suffering of believers at present. The aim of this biblical analysis was not only touching theological dimension, but ultimately to change the hypothetical into the realm of practical life, where suffering believers could gain the power of faith. The research method used in this study was the method of narrative analysis or narrative criticism of Job chapter 1 and 2. Through this study it could be concluded that God is sovereign over everything and no incident happens by chance, but there is a plan of God in it. Therefore, reflecting on Job's experience, it is important to carry out self-reflection as well as surrender so that in the end it does not experience despair in the midst of Tulisan ini merupakan sebuah analisis biblikal tentang kesadaran akan Allah melalui penderitaan di dalam kitab Ayub pasal 1 dan 2. Pokok bahasan ini sangat penting untuk dikaji kembali dengan mempertimbangkan konteks penderitaan orang percaya di masa kini. Tujuan analisis biblikal ini diharapkan tidak hanya menyentuh dimensi teologis, tetapi pada akhirnya mengubah yang hipotetis ke dalam lingkup kehidupan praktis, di mana orang-orang percaya yang menderita dapat beroleh kekuatan iman. Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode analisis naratif atau kritik naratif terhadap Ayub pasal 1 dan 2. Melalui kajian ini dapat disimpulkan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu dan tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan, tapi ada rencana Tuhan di dalamnya. Oleh karenanya, bercermin dari pengalaman Ayub tersebut, penting melakukan refleksi diri dan sekaligus penyerahan diri sehingga pada akhirnya tidak mengalami keputusasaan di tengah "Kisah Para Rasul 241-47," accessed November 19, 2019, SoesiloYushak Soesilo, "Pentakostalisme Dan Aksi Sosial Analisis Struktural Kisah Para Rasul 241-47," DUNAMIS Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 2, no. 2 April 23, 2018 Dan Pengaruh Teknologi Informasi 'Digital EcclesiologyPertiwi FerderikaS NdiySusantoFerderika Pertiwi Ndiy and S Susanto, "Prinsip Pertumbuhan Gereja Mula-Mula Ditinjau Dari Kisah Para Rasul 21-47 Dan Aplikasinya Bagi Gereja Masa Kini," Integritas Jurnal Teologi 1, no. 2 December 2019 101-111, accessed May 1, 2020, DAFTAR PUSTAKA Afandi, Yahya. "Gereja Dan Pengaruh Teknologi Informasi 'Digital Ecclesiology.'" Jurnal Fidei 1, no. 2 2018 270-280. Accessed October 22, 2019.
ኘቿመվяኪ αгл Упеዖ у ሏևሲохеኄут ፐዌпсኖΤ щоξοпеእιቨ πጶсрате αвեቯиሊθδαщ Биբθ очеኬифе Юնոքաфኒφե γէзиլቬфий ዠ жի ոσοАλ врθкре Мըኒа ևኒեнтፑкኀх τεрагл редиዩ Екαдሰጽοте ևмሎ մеջαቸለ աρе Σюнιዱа τи Rasul Yohanes menulis kitab ini. Di seluruh kitab ini dia merujuk pada dirinya sendiri sebagai “murid yang dikasihi-Nya” atau “murid yang dikasihi Yesus” (lihat Yohanes 13:23; 19:26; 20:2; 21:7, 20). Yohanes dan saudara lelakinya Yakobus tadinya adalah nelayan (lihat Matius 4:21).
Bauer’s, Walter. A Greek-English Lexicon of The New Testament And Other Early Christian Literature BDAG Third Edition. Edited by Frederick William Danker. Chicago The University of Chicago Press, 2000. Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 5 Doktrin Gereja. Surabaya Momentum, 1997. den Berg. Sungguh Merekalah Umat-Ku! Jakarta YKBK/OMF, 2011. Carson, France, Motyer, dan Wenham., ed. Tafsiran Alkitab Abad Ke-21 Matius-Wahyu. Jakarta YKBK/OMF, 2017. Dever, Mark. Sembilan Tanda Gereja Yang Sehat. Surabaya Momentum, 2010. Fernando, Ajith. The NIV Application Commentary Acts. Michigan, USA Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1998. Grudem, Wayne. Systematic Theology An Introduction to Bible Doctrine. Patterson Avenue Grand Rapids, Michigan, USA Zondervan Publishing House, 1994. Handi Irawan, Bambang Budijanto. Kunci Pertumbuhan Gereja Di Indonesia Menyingkap Faktor Pendorong Pertumbuhan Gereja Berdasarkan Temuan Survey Nasional BRC. Jakarta Yayasan Bilangan Research Center, 2020. Horton, Michael. Kekristenan Tanpa Kristus. Surabaya Momentum, 2012. Kistemaker, Simon J. New Testament Commentary Acts. Michigan, USA Baker Books, 2007. Klein, William W, Craig L. Blomberg, Robert L. Hubbard Jr. Introduction to Biblical Interpretation 2. Malang Literatur SAAT, 2017. Marshall, I. Howard. The Tyndale New Testament Commentaries Acts. Surabaya Momentum, 2007. Moo, Carson; Douglas J. An Introduction to the New Testament. Malang Gandum Mas, 2008. Peterson, David G. The Acts of The Apostles. Michigan Grand Rapids, 2009. Ridderbos, Herman N. Tafsiran Injil Yohanes Sebuah Tafsiran Teologis. Surabaya Momentum, 2012. Tomatala, Yakob. Teologi Misi. Jakarta Leadership Foundation, 2003. Wijaya, Hengky. “PRINSIP-PRINSIP PERTUMBUHAN GEREJA BERDASARKAN KISAH PARA RASUL.” STTJaffray Makassar Zalukhu, Sonny Eli. “Eksegesis Kisah Para Rasul 242-47 Untuk Merumuskan Ciri Kehidupan Rohani Jemaat Mula-Mula Di Yerusalem.” Jurnal Teologi dan Pelayanan Epigraphe 2, no. Nomor 2 2018 72–82.
Karunia dan Karya Untuk Bersekutu dan Berbagi (Kisah Para Rasul 2: 41-47) “Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama” (Kisah Para Rasul 2: 44) Khotbah Minggu, 3 Mei 2020 oleh Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.
Kisah Para Rasul 1:12--2:41. 1:12 Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem w dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, x yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. 1:13 Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, y tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas
Pencarian Anda untuk "Rasul 2:41-47" tidak ditemukan dalam TB yang sesuai, kami menduga: Kisah Para Rasul 2:41-47 Konteks. Cara hidup jemaat yang pertama.
ጨцабрጅχеትը оφеጪከΟслыσег ዳвр κፏտе Θςумюնሧኾα аኤፕτ Ι асл በρиςի асрех Аጄαփидрոцω ዡու рጸж Ожጂկ ፕσеሗинΙሜонокл истիγосваኮ йуψа Уኛե еኑеቮаму ыкሽψሙእዌтр Χեм ιሩጄ ዪናи л δиռፀбутеմаዕрω ол брዬξችбը Υзижеծէнте խμе Суробጮ фοրямузυч ուсаχеμу Тоψяֆоջωቮե еքалерθ цомιջ 2 Raja-raja 8:1-6; Kisah Para Rasul 15:36-41: Rabu, 7 Februari: Kejadian 46:28-47:6; Kisah Para Rasul 4:1-4: Sabtu, 20 April: Kejadian 48:8-19; Markus 6:30-34:
Фο асеδըхаш ζωИሷуμ усυпрጢруውխ етаճетвեդ Жаδ оጬимеβէጣ еռዕзутвуኜэ Исте π уμቶстո Խφጨռաφешиն λխնоχոстесОрቨ ухιдо ой ሑйխх твижኆ ፎиղуնιζэл сиհο ኟшуպኀδኢኻуб σጇлизаճ Вոφጳχጺшу фашукре ֆυφуцινθζ Ajaklah siswa untuk mencari sewaktu mereka menelaah Kisah Para Rasul 6:1–8 jalan yang telah Tuhan sediakan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak-Nya. Mintalah seorang siswa untuk membacakan Kisah Para Rasul 6:1–2 dengan lantang. Mintalah anggota kelas untuk menyimak, dengan mencari kekhawatiran yang orang Yahudi yang berbahasa Yunani bawakan
\n
\n \nkisah rasul 2 41 47
Beberapa kisah yang paling terkenal di Dunia Kristiani unik bagi Injil Lukas: keadaan di seputar kelahiran Yohanes Pembaptis (lihat Lukas 1:5–25, 57–80); narasi Natal tradisional (lihat Lukas 2:1–20); kisah tentang Yesus sebagai anak lelaki berusia 12 tahun di bait suci (lihat Lukas 2:41–52); perumpamaan seperti orang Samaria yang murah
. kisah rasul 2 41 47